www.ah-plug.net23.net

Pages

Kamis, 19 Januari 2012

obat alternatif penyakit tipes

Pengobatan Alternatif Penyakit Tipes

Anak Umur 2,5 Tahun Sembuh dari Tipes dan Pileknya Hilang Setelah Diberi Minum obat alternatif penyakit tipes jelly gamat gold-g
N a m a : Mahmudin
U m u r : 35 tahun
Alamat :  Tangerang
Keluhan : Sakit tipes, panas tinggi, flu/pilek
Jenis Produk : Gold-G
Anak saya yang baru berumur 2,5 tahun mengalami sakit panas tinggi. Memang jika diberi minum penurun panas, panasnya menjadi turun, tetapi sebentar kemudian, panas badannya naik lagi. Susahnya lagi, dia tidak mau dipakaikan kalung Bio Necklace. Jika lehernya dipasang kalung, dia menarik-narik minta dilepas.Untuk pemesanan klik cara pemesanan
Karena khawatir jika terkena Demam Berdarah (DBD), saya bawa ke dokter untuk periksa darah. Tes darah menunjukkan jika anak tersebut positif terjangkit tipus. Lalu disuruh minum antibiotik. Meski sudah habis antibiotik 2 botol, sakitnya belum sembuh, panas badannya
Karena was-was, saya bawa lagi ke dokter untuk periksa darah. Ternyata sakit tipesnya belum sembuh (meski sudah diberi minum antibiotik 2 botol). Lalu dokter memberi antibiotok satu botol lagi. Saya kasihan sama anak tersebut jika harus meminum antibiotik terus-menerus. Saya putuskan untuk tidak meminumkan sama sekali anti biotik botol ketiga itu. Sebagai penggantinya, saya beri minum Jelly Gamat Gold-G saja tanpa yang lain.
Ternyata, baru minum sekali, panasnya turun, dan yang membuat saya bersyukur lagi, hidungnya yang meler akibat pilek, menjadi sembuh. Pilek seperti hilang begitu saja.Untuk pemesanan klik cara pemesanan
Ternyata, tidak hanya anak tersebut yang pileknya sembuh. Kakaknya yang baru berumur 6 tahun pun pileknya sembuh. Hidungnya tidak lagi meler. Padahal baru diberi minum Jelly Gamat Gold-G sekali saja.
Sekarang, untuk menjaga kesehatan, saya minumkan Jelly Gamat Gold-G setiap hari. Saya tahu persis jika kandungan proteinnya cukup tinggi.
Sudah Tidak Pakai Obat Penurun Panas Lagi
Bagi anda yang memiliki anak kecil, pasti di rumah sedia obat penurun panas. Dan dipastikan obat tersebut adalah obat kimia. Sebelum berkenalan dengan ekstrak tripang/gamat yang bernama Jelly Gamat Gold-G ini, saya cukup boros dengan obat penurun panas.
Maklumlah, anak saya 3 orang laki-laki semua, masih kecil-kecil. Jika salah satu sakit panas, hampir dipastikan, yang lain akan tertular (bergantian). Meski makanan dan minuman selalu dijaga, karena mereka tinggal satu rumah, sulit untuk dicegah supaya tidak tertular.
Setiap terserang panas, entah siang atau malam, langkah pertama adalah meminumkan obat penurun panas. Jika panas tidak turun, baru di bawa ke dokter, dan dipastikan akan dikasih antibiotik.
Alhamdulillah, sejak berkenalan dengan Jelly Gamat Gold-G, saya sudah tidak menggunakan obat penurun panas kimia lagi. Cukup dengan meminumkan satu sendok Jelly GamatGold-G, dan tunggu beberapa saat (jam), panas akan turun. Jelly Gamat Gold-G sangat aman dikonsumsi segala usia, karena obat alami dan mengandung zat gizi yang cukup tinggi.

Pengetahuan tentang Tipes

TIPES dan tifus adalah penyakit yang berbeda, tapi selama ini banyak orang menganggapnya sama. Sebenarnya apa perbedaan dan bagaimana menanganinya?
Menurut spesialis penyakit tropis Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr Widayat Djoko SpPD KPTI, masih banyak terjadi salah kaprah mengenai penyakit tipes ini. Mulai dari penyebab, obat, bahkan namanya. Alhasil penanganan yang dilakukan pun menjadi tidak sesuai.
Banyak orang yang menyebut penyakit tipes dengan sebutan tifus. Sebenarnya, tifus adalah infeksi yang ditularkan tikus yang menyebabkan demam dan ruam. Penyakit ini disebabkan parasit. Sementara tipes atau demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan bakteri Salmonella tifosa. “Penyakit ini dapat menyerang tubuh melalui makanan atau minuman yang menyebabkan infeksi usus halus,” kata Widayat.
Widayat mengatakan, bakteri terbawa hingga di organ tubuh melalui peredaran darah. Bakteri tersebut berkembang biak, terutama di hati dan limpa. Dari dua organ tersebut, bakteri kemudian masuk kembali ke dalam peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh, utamanya kelenjar limfoid usus halus. Akibatnya usus terluka dan menyebabkan perdarahan dan kebocoran usus.
Lantas bagaimana membedakan demam tifoid dan demam berdarah (DBD)? Demam DBD lazimnya berlangsung sepanjang hari, sementara demam tifoid berlangsung hanya pada sore dan malam hari. Demam ini pun menyebabkan rasa nyeri kepala yang hebat, bahkan bisa mengakibatkan gangguan kesadaran.
Mereka yang menderita DBD mengalami nyeri di ulu hati, termasuk mual pada bagian atas antara pusar dan ulu hati. Lain lagi dengan demam tifoid, pasien biasanya menderita sembelit dan rasa tidak enak pada bagian perut. Namun, jika belum cukup puas dengan penjelasan ini, maka langkah yang tepat adalah dengan melakukan tes darah. Namun, penyakit demam tifoid ini biasanya juga menghinggapi penderita DBD, apabila daya tahan tubuh menurun.
Agar lebih mengetahui selukbeluk penyakit ini, Anda pun harus mengetahui gejala-gejalanya.Dr Jerry Balentine, Kepala Medis dan Wakil Presiden Rumah Sakit St Barnabas di Bronx, seperti dilansir dari webmd.com mengatakan, gejala demam tifoid bervariasi. Ada kalanya pula bakteri yang masuk langsung ke dalam tubuh dalam jumlah banyak tersebut tidak menyebabkan demam tifoid. Melainkan hanya membuat tubuh terinfeksi diare, dan infeksi ini dapat sembuh dalam waktu satu hingga dua hari.
Sebaliknya, jika bakteri yang masuk dalam tubuh adalah dalam jumlah yang sedikit, menetap dalam tubuh dan berkembang biak, malah akan memunculkan demam tifoid. “Penyakit ini diawali dengan demam tinggi antara 39º-40ºC dan lebih dari satu minggu. “Biasanya pasien akan mengalami demam mulai pada malam hari, besok pagi gejala tersebut hilang, namun berlanjut ke malam-malam berikutnya,” kata Jerry.
Jika demam menyerang pada malam hari, maka seiring berjalannya hari, pasien pun akan menderita demam pada siang hari. Bukan hanya itu, pola demam pun makin hari makin naik layaknya anak tangga. Namun, demam tifoid, tidak pernah langsung demam tinggi pada hari pertama hingga ketiga.
Kemudian pada hari keempat, perbaikan akan terjadi secara perlahan. Demam menurun secara bertahap dan suhu penderita kembali normal pada minggu atau 10 hari berikutnya. Tetapi, gejala dapat timbul kembali selama dua minggu sesudah demam menghilang. Ada pula demam paratifoid, yang disebabkan Salmonella paratyphi. Akan tetapi, demam ini lebih ringan ketimbang demam tifoid, kendati memiliki gejala yang hampir serupa dengan masa inkubasi yang lebih pendek. Masa sakit juga lebih pendek, dan dapat cepat disembuhkan dengan meminum antibiotik.
Demam tifoid, mudah menular lewat makanan dan minuman yang mengandung bakteri. Bisa pula karena penanganan yang kurang higienis atau menggunakan air dari sumber air yang digunakan untuk keperluan mencuci. Maka, untuk mencegah penyebaran bakteri dari penderita yang baru pulih dari demam ini, ada beberapa cara yang dapat dilakukan.
Di antaranya dengan mencuci tangan sesering mungkin, terlebih lagi sebelum makan dan setelah menggunakan toilet. Perlu diingat, ketika mencuci tangan, gunakan air hangat, dan menggosok tangan dengan sabun minimal 30 detik. Ada baiknya Anda menggunakan barang pribadi secara terpisah. Umpamanya, peralatan makan. Bagi mereka yang baru sembuh dari penyakit ini, tidak menyiapkan makanan untuk orang lain hingga dinyatakan sembuh total oleh dokter.
Anda pun mulai saat ini sebaiknya mengurangi jajan di kaki lima, mengingat higienitas makanan yang disajikan kurang diperhatikan. Bukan tidak mungkin, makanan tersebut mengandung bakteri. Bukan hanya makanan yang dapat terkontaminasi bakteri, melainkan juga peralatan makan dan tangan Anda sendiri. Karenanya, jika pun ingin makan di kaki lima, sebaiknya perhatikan kondisi warungnya, apakah bersih termasuk peralatan makannya.
Akan lebih baik jika makanan yang dipilih adalah yang panas. Dengan demikian, akan membunuh bakteri yang ada di dalamnya. Untuk mengolah makanan pun harus baik dan matang. Termasuk mencuci ikan yang harus dilakukan hingga bersih dan dimasak hingga matang. Hal ini juga berlaku ketika Anda mengolah makanan yang lain.
Di Amerika, menurut Jerry, penderita demam tifoid telah berkurang banyak sejak tahun 1900-an. Kini, kurang dari 500 kasus tentang penyakit ini, dilaporkan secara tahunan di Amerika Serikat (AS). Penderita kebanyakan mereka yang baru saja bepergian dari area endemik.
Bandingkan pada tahun 1920- an ketika lebih dari 35.000 kasus demam tifoid menyerang AS. Meksiko, Amerika Selatan, India, Pakistan, dan Mesir adalah negara dengan risiko terbesar yang mengembangkan penyakit ini. Secara global, demam tifoid menyerang lebih dari 13 juta orang per tahun dengan lebih dari 500.000 pasien yang meninggal akibat penyakit ini.



sumber:okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar