 Si  Kancil tidak tahu kalau ia dari tadi sedang diperhatikan oleh seekor  Siput yang sedang duduk di bongkahan batu yang besar. Si Siput berkata,  “Hei Kancil, kau asyik sekali berbicara sendirian. Ada apa? Kamu sedang  bergembira?”. Kancil mencari-cari sumber suara itu. Akhirnya ia  menemukan letak Si Siput. “Rupanya sudah lama kau memperhatikanku ya?”.  Siput yang kecil dan imut-imut. Eh bukan!. “Kamu memang kecil tapi tidak  imut-imut, melainkan jelek bagai kotoran ayam”. Ujar Si Kancil. Siput  terkejut mendengar ucapan Si Kancil yang telah menghina dan membuatnya  jengkel. Lalu Siputpun berkata, “Hai Kancil!, kamu memang cerdik dan  pemberani karena itu aku menantangmu lomba adu cepat”. Akhirnya mereka  setuju perlombaan dilakukan minggu depan.
Si  Kancil tidak tahu kalau ia dari tadi sedang diperhatikan oleh seekor  Siput yang sedang duduk di bongkahan batu yang besar. Si Siput berkata,  “Hei Kancil, kau asyik sekali berbicara sendirian. Ada apa? Kamu sedang  bergembira?”. Kancil mencari-cari sumber suara itu. Akhirnya ia  menemukan letak Si Siput. “Rupanya sudah lama kau memperhatikanku ya?”.  Siput yang kecil dan imut-imut. Eh bukan!. “Kamu memang kecil tapi tidak  imut-imut, melainkan jelek bagai kotoran ayam”. Ujar Si Kancil. Siput  terkejut mendengar ucapan Si Kancil yang telah menghina dan membuatnya  jengkel. Lalu Siputpun berkata, “Hai Kancil!, kamu memang cerdik dan  pemberani karena itu aku menantangmu lomba adu cepat”. Akhirnya mereka  setuju perlombaan dilakukan minggu depan. Setelah  Si Kancil pergi, Siput segera memanggil dan Setelah Si Kancil pergi,  Siput segera memanggil dan mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta  tolong teman-temannya agar waktu perlombaan nanti semuanya harus berada  di jalur lomba. “Jangan lupa, kalian
Setelah  Si Kancil pergi, Siput segera memanggil dan Setelah Si Kancil pergi,  Siput segera memanggil dan mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta  tolong teman-temannya agar waktu perlombaan nanti semuanya harus berada  di jalur lomba. “Jangan lupa, kalianbersembunyi di balik bongkahan batu, dan salah satu harus segera muncul jika Si Kancil memanggil, dengan begitu kita selalu berada di depan Si Kancil,” kata Siput. Hari yang dinanti tiba. Si Kancil datang dengan sombongnya, merasa ia pasti akan sangat mudah memenangkan perlombaan ini. Siput mempersilahkan Kancil untuk berlari duluan dan memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana ia sampai. Perlombaan dimulai. Kancil berjalan santai, sedang Siput segera menyelam ke dalam air. Setelah beberapa langkah, Kancil memanggil Siput.
 Tiba-tiba  Siput muncul di depan Kancil sambil berseru, “Hai Kancil! Aku sudah  sampai sini.” Kancil terheran-heran, segera ia mempercepat langkahnya.  Kemudian ia memanggil Si
Tiba-tiba  Siput muncul di depan Kancil sambil berseru, “Hai Kancil! Aku sudah  sampai sini.” Kancil terheran-heran, segera ia mempercepat langkahnya.  Kemudian ia memanggil SiSiput lagi. Ternyata Siput juga sudah berada di depannya. Akhirnya Si Kancil berlari, tetapi tiap ia panggil Si Siput, ia selalu muncul di depan Kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal. Ketika hampir finish, ia memanggil Siput, tetapi tidak ada jawaban. Kancil berpikir Siput sudah tertinggal jauh dan ia akan menjadi pemenang perlombaan. Si Kancil berhenti berlari, ia berjalan santai sambil beristirahat.
 Dengan  senyum sinis Kancil berkata, “Kancil memang tiada duanya.” Kancil  dikagetkan ketika ia mendengar suara Siput yang sudah duduk di atas batu  besar. “Oh kasihan sekali kau Kancil. Kelihatannya sangat lelah, Capai  ya berlari?”. Ejek Siput. “Tidak mungkin!”, “Bagaimana kamu bisa lebih  dulu sampai,
Dengan  senyum sinis Kancil berkata, “Kancil memang tiada duanya.” Kancil  dikagetkan ketika ia mendengar suara Siput yang sudah duduk di atas batu  besar. “Oh kasihan sekali kau Kancil. Kelihatannya sangat lelah, Capai  ya berlari?”. Ejek Siput. “Tidak mungkin!”, “Bagaimana kamu bisa lebih  dulu sampai,padahal aku berlari sangat kencang”, seru Si Kancil. “Sudahlah akui saja kekalahanmu,” ujar Siput. Kancil masih heran dan tak percaya kalau aku dikalahkan oleh binatang yang lebih kecil darinya. Kancil menundukkan kepala dan mengakui kekalahannya. “Sudahlah tidak usah sedih, aku tidak minta hadiah kok. Aku hanya ingin kamu ingat satu hal, janganlah sombong dengan kepandaian dan kecerdikanmu dalam menyelesaikan setiap masalah, kamu harus mengakui bahwa semua binatang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, jadi jangan suka menghina dan menyepelekan mereka”, ujar Siput. Siput segera menyelam ke dalam sungai. Tinggallah Si Kancil denganrasa menyesal dan malu.
Hikmah :
Janganlah suka menyombongkan diri dan menyepelekan orang lain, walaupun kita memang cerdas dan pandai.
Sumber : http://www.e-smartschool.com/cra/002/CRA0020005.asp
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar